Jumat, 10 April 2009

Keagungan Pribadi Muhammad

Barang siapa yang memisahkan diri dari ulamamaka akan matilah hatinya serta ia buta akan ta’at kepada Allah.

Tentang pribadi seorang Muhammad Sang Utusan.

Muhammad meski seorang utusan, beliau adalah manusia biasa. Dengan kalimat ini penulis ingin mengantarkan pemikiran bahwa sah dan perlu bagi kita untuk membahas Muhammad sebagai sebuah pribadi. Pembahasan yang mudah - mudahan akan mengantar kita untuk menjadi orang yang lebih tau diri dan gemar berintrospeksi.

Tentang beliau Syaikh Abdurrahman Ad Diba’iy menyatakan : Hati beliau tidaklah lupa dan tidak pula tidur akan tetapi senantisa ( ber ) khidmah tiada henti dalam muraqabah.

Logika ( nakal ) penulis mencari keterangan penjelas akan hal ini. Jawaban yang penulis dapatkan mungkin na’if. Penulis mendapati fakta bahwa alarm hanphone dapat aktif tepat pada waktu yang ditentukan meski ia dalam keadaan off. Logika ( nakal ) kemudian berjalan melompat. Ibarat sebuah perangkat, Muhammad tentulah memiliki software yang canggih. Software, perangkat yang lebih menentukan kinerja.

Hati yang tidak pernah tidur, mungkin perlu kita analogikan sebagai sebuah system ( termamsuk juga system control internal ) yang tidak pernah berhenti bekerja. Atas fakta ini kemudian penulis membandingkan dengan kesulitan diri dalam mengontrol hati untuk dapat selalu focus meski hanya untuk waktu sepanjang satu rekaat sholat. Kesimpulan yang penulis ingin sampaikan dalam kesempatan ini adalah betapa tingginya kinerja yang berlangsung dalam pribadi seorang Muhammad.

Mungkin muncul sanggahan dalam hal ini. Muhammad memiliki kinerja pribadi yang demikian hebat karena beliau adalah seorang Rasul.

Menjawab hal di atas kita haruslah mengingat perjalanan hidup beliau. Wahyu kerasulan beliau terima saat usia beliau 40 tahun. Sebelumnya, sejak usia 35 tahun Muhammad senantiasa berkhalwat di Gua Hira hingga beliau terima wahyu kerasulan dimaksud. Lima tahun sebelum menerima wahyu kerasulan beliau senantiasa berusaha sungguhsungguh mencari jati diri. Ketika jati diri ini telah beliau temukan, maka telah pantas bagi beliau untuk menerima wahyu kerasulan.

Fakta yang demikian inilah yang harusnya menjadi pedoman bagi kita semua.

Akan halnya kebesaran pribadi Muhammad sebagaimanan pokok bahasan kita, Syaikh Abd Rahman Ad Diba’iy menyatakan dalam bagian lain maulidnya: Hai orangorang yang berakal hadirkan hatimu sehingga menjadi nyata bagimu agungnya cinta ( terhadap Muhammad ), ( Rasul ) yang mendapatkan julukanjulukan kehormatan yang khusus. Yang naik ( bertemu ) ke haribaan Raja Diraja Yang Maha Memberi, sehingga beliau mampu menatap Keindahan-Nya dengan tanpa perantara dan penghalang.

Bertemu Allah tanpa perantara dan penghalang dalah poin utama paragraph di atas. Logika yang penulis miliki dalam menjawab fenomena di atas, penulis belum dapat menemukan perangkat yang mampu connect secara langsung dengan super server (semacam yang dimiliki Google ) tanpa bantuan satelit. Dengan bahasa nakal penulis ingin menyatakan besarnya kemampuan yang dimiliki oleh seorang Muhammad sehingga beliau mampu connect secara langsung dengan Dzat Yang Maha Agung.

Muhammad, pribadi yang sangat agung. Keagungan yang bukan untuk kita upayakan munculnya tandingan karena yang demikian adalah hal yang tidak akan mungkin. Keagungan Muhammad yang harus kita terima dilanjutkan dengan upaya mengikut keagungannya untuk mampu menghantarkan kita kepada keagungan Dzat Maha Pencipta.

2 komentar:

  1. Pesantren masuk blogspot? mestinya rajin wirid bermunajat pada sang Kholiq secara makhdloh, bukan munajat lewat multimedia. ini bagi saya sangat memalukan sebab nilai pesantren ini kayaknya nggak laku di mata ummat hingga perlu "promosi". Memang tulisan2 Cak Imron bukan promosi tapi setidaknya pesantrennya dibawa2. Mestinya blog Cak Imron atas nama sendiri saja lah kalau memang ia ingin mengenalkan tulisan2nya. Saya sangat salut dengan tulisan2 macam ini, tapi Cak Imron yang pinter nulis ini kelihatan nggak zuhud suka pamer ilmu. Saya khawatir nanti kalau pesantrennya laku cak Imron ikut2an kemaruk duit kayak yang lainnya. Ma'af ya Cak, tapi memang begitulah saya menilai lembaga pesantren yang mau ikut2an go public kayak perusahaan saja.

    BalasHapus
  2. Cak Anonimous
    Bukan soal munajat, tapi soal da'wah
    Do'akan saja mudah-mudahan kami masih selalu berjalan di garis yang lurus
    Terimaksih Cak

    BalasHapus

b

Pengikut

Mengenai Saya

Mojokerto, Jawa Timur, Indonesia