Kamis, 26 Februari 2009

Cikal Bakal Pondok Pesantren Nurul Huda

Sekilas pandang tentang Pondok Pesantren Nurul Huda

Saat Pangeran Diponegoro ditangkap oleh Belanda, pasukan beliau berpencar tak terkordinasi. Salah seorang dari pasukan tersebut adalah ImamRowi yang bergerak ke arah timur. Imam Rowi, yang kemudian dikenal dengan Kiyai Imam Rowi, berjalan menuju arah timur mengikuti aliran sungai dengan mengendarai rakit dari batang kayu ingas.

Memulai perjalanan dari Ponorogo, Kiyai Imam Rowi telah meneguhkah ketetapan (pasang giri). Dimana rakit terhentikan perjalanannya, disitulah beliau akan menetap.

Tiba di sebuah anak sungai Brantas, tepatnya di Dusun Besuk Desa beratkulon (masuk wilayah Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto) rakit yang ditumpangi Kiyai Imam Rowi terhentikan oleh pohon waru yang roboh menghalangi aliran sungai.

Kiyai Imam Rowi memutuskan untuk menetap di sebelah barat aliran sungai yang pada saat itu masih berupa hutan pohon rotan. Beliau membangun rumah dan musholla. Musholla inilah cikal bakal Pondok Pesantren Nurul Huda Besuk Beratkulon.

Akan halnya rakit kayu ingas yang beliau tumpangi, beliau jadikan material pembangunan musholla yang bisa kita saksikan keberadaannya sampai sekarang ini. Sedangkan halaman rumah dan musholla yang beliau bangun, beliau tanami dengan pohon sawo. Menurut cerita yang selalu disampaikan di lingkungan keluarga, menanam pohon sawo di pekarangan merupakan identitas yang disepakati oleh segenap pasukan Diponegoro yang terpencar. Hal ini telah dibuktikan kebenarannya oleh keluarga pondok pesantren.

Dengan demikian dapatlah dikatakan cikal bakal pesantren telah berdiri semenjak sebelum tahun 1850 Masehi.

Waktu terus berlalu dan berganti. Kiyai yang mengasuh pondokpun demikian adanya. Sepeninggal Kiyai Imam Rowi, beliau digantikan sang putra, Kiyai Kamil. Berikutnya, pondok diasuh oleh KH. Mansyur, putra Kiyai Kamil. Sepeninggal KH. Mansyur, kepemimpinan dilanjutkan oleh KH. Nur Hisyam Mansyur. Dan. sepeninggal KH. Nur Hisyam kepemimpinan dilanjutkan oleh KH. Achmad Syifa'ur Romly ( Cucu KH. Mansyur )

Di bawah kepemimpinan Gus Syif ( demikian panggilan akrab KH. Syifa'ur Romly ) geliat pengembangan dan kemajuan lebih terasa. Kemajuan dan pengembangan yang akan selalu bertumpu pada kesalehan para pendahulu. Kesalihan yang ( harus dianggap ) telah baku.

Pengikut

Mengenai Saya

Mojokerto, Jawa Timur, Indonesia