pp-nurul-huda-beratkulon

Minggu, 26 April 2009

Bantuan Departemen Pertanian

Dokumentasi Kegiatan Bidang Pertanian

Tahun 2008 Ponpes Nurul Huda Beratkulon menerima paket bantuan budi daya tanaman cabe merah ( besar ) senilai Rp. 90 juta. Budi daya telah dilaksanakan pada bulan Nopember 2008 di atas tanah sewa di Dusun Rembu Lor Desa Japanan Kemlagi Mojokerto.

Untuk mendukung penciptaan sumberdaya tani unggul bersamaan dengan pelaksanaan budi daya cabe merah tersebut, Ponpes Nurul Huda membentuk Kelompok Telajar Tani yang anggotanya terdiiri dari para alumnus pondok.

Dengan dibimbing etugas pertanian Kecamatan Kemlagi serta Dinas Pertanian Kebupaten Mojokerto Kelompok Belajar Tani Ponpes Nurul Huda mengadakan Sekolah Lapang dan Praktek budidaya tanaman Cabe Merah jenis Gada dan Horison.

Di bawah ini adalah dokumentasi kegiatan dimaksud.

Terima kasih kepada Menteri Pertanian, c/q Dirjen Hortikultura Departemen Pertanian Republik Indonesia, Dinas Pertanian Kabupaten Mojokerto beserta segenap petugas pertanian Kecamatan Kemlagi dan seluruh pihak yang telah memberi dukungan bagi upaya pengembangan usaha pertanian oleh Ponpes Nurul Huda. Terima kasih secara khusus kepada Bu Rofi' (Dinas Pertanian Kab. Mojokerto) Pak Mardi ( PPL Kec. Kemlagi ) Pak Tholib ( Kepala Dusun Rembu lor sekaligus THL Pertanian ) Pak Wito ( PHP Kec. Kemlagi )




Sesi Kegiatan Sekolah Lapang bagi Kelompok Belajar Tani Ponpes Nurul Huda Beratkulon.


Kerjasama yang sangat kooperatif dari jajaran Dinas Pertanian Kecamatan Kemlagi.Seluruh petugas pertanian hadir dalam Sekolah Lapang.

Tampak Wakil Ketua Pondok berada dalam acara dimaksud.


















Suasana penuh semangat


Bersama-sama (peserta sekolah lapang dan nara sumber/petugas pertanian melakukan praktek langsung di lapangan.


Melihat fakta dan membandingkannya dengan teori yang diterima.






























Gambar bawah, Kegiatan di lahan budi daya cabe merah.
Tampak penanggung jawab teknis ( pria memanggul tas ) sedang melakukan pengamatan atas kondisi tanaman.















Hasil panen perdana tanaman cabe merah. Wakil Ketua Pondok ( menenteng timba ) dengan ketua kelompok belajar tani ponpes nurul huda ( sedang menikmati rokok ).

Selasa, 14 April 2009

Ngaji dengan hp II

My Sony Ericsson 2

( Lanjutan )

Utek, suka utak atik, dengan fitur-fitur Sony Ericsson K310i yang lumayan banyak, penulis lakukan hampir tiap saat. Sekadar melihat/mendengar nada dering polyphonic, mencoba-coba kamera yang cuma berbasis kerja VGA ( gak tahu juga, apa itu VGA ) sampai membuka-buka internet.

Dari buka-buka internet ini kemudian penulis mengenal cara membuat situs melalui fasilitas blogspot. Dan mumpung ingat, terimakasih kepada Cak Fatih yang punya situs www.fatihsyuhud.com. Uraian Cak Fatih alhamdulillah bisa penulis pahami dan terapkan dalam membuat blog dengan URL http://gus-syif.blogspot.com/ juga http://nurulhuda-besuk.blogspot.com/. Dari bermain internet pula penulis kenal dengan www.blogger.com atau www.google.com juga www.gmail.com dan lain sebagainya.

Seneng juga internetan. Melihat-lihat bermacam informasi didalamnya. Sampai kemudian tiba-tiba pikiran tersadarkan oleh sebuah kenyataan, banyak benar informasi yang bisa didapat dari sebuah Sony Ericsson K310i manakala ia tersambung dengan Google. Jutaan Megabyt, bahkan jauh lebih besar lagi data dapat diperoleh melalui perangkat yang kapasitas memorinya sangat-sangat terbatas.Sony Ericsson K310i hanya memiliki kapasitas free memori internal berkisar 10 Megabyt.

Akan kenyataan ini penulis ingin menyambungkan dengan keteranganWak Ustadzdalam pengajian-pengajian di musholla tentang Imam Ghozaly yang sangat dikagumi. Kapasitas otak yang beliau miliki sangat besar. Bukan hanya Imam Ghozaly, tetapi paraUlama salaf rata-rata memiliki kapasitas yang amat besar dalam hal ilmu. Kapasitas yang jauh sangat tinggi dan ( menurut Wak Ustadz ) melampaui batas manusiawi.

Dalam kesempatan lain pula Wak Ustadz menyampaikan sebuah hadits riwayat Imam Bukhory dari Abu Hurairah RA. Rasululloh bersabda: Sesungguhnya Allah Ta’aalaa berkata, barangsiapa yang menyakiti wali-Ku maka sesungguhnya Aku mengumandangkan perang atasnya. Dan tidak berupaya mendekat seorang hamba kepada-Ku dengan apa yang Aku suka dari kewajiban-kewajiban yang Aku bebankan padanya. Dan tidak akan berhenti hamba-Ku mendekati-Ku dengan hal-hal nawafil sehingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya maka jadilah Aku telinga yang ia mendengar dengannya, mata yang ia melihat dengannya, tangan yang ia memukul dengan itu dan kaki yang ia gunakan berjalan Jika ia meminta niscaya Aku memberinya, dan jika ia memohon pertolongan niscaya aku menolongnya”.

Fakta yang kita temui, perangkat selular tertentu bisa disambungkan dengan mega server semacam google. Kita juga dapat menyatakan, berdasarkan keterangan Hadits Qudsy di atas, manusia yang telah telah demikian dekat dengan Allah diberi fasilitas yang amat sangat besar oleh-Nya.

Saat ponsel connect dengan internet ia dapat mengakses data yang tak terbatas besarnya. Demikian pula hamba yang connect dengan Al Khaliq, ia bisa saja mendapat pengetahuan dan kebaikan lainnya yang tidak terbatas dengan fadlol-Nya.

Tentang connect, mungkin hal tersebut sejalan dengan penjabaran Syaikh Abdurrahman Ad Diba’iy atas diri Rasululloh: Pendengaran beliau menangkap derit pena ( di lauhul makhfudz ), penglihatannya menembus langit ke tujuh”. Allah-lah Yang Maha Mengetahui.

Akan halnya salafus sholih, pendekatan beliau-beliau terhadap Al Khaliq sangatlah istimewa. Dalam kesempatan berwudlu tidak kurang dari 26 poin do’a dipanjatkan. Demikian juga sesudah berwudlu. saat selesai adzan pula. Bahkan saat menunggu dilaksanakannya shalat berjamaah, munajat selalu beliau jalankan dengan kalimat-kalimat yang kita kenal sebagai pujian. Rangkaian munajat tadi masih ditambah lagi dengan berbagai wirid dan istighotsah

Sebelum jama’ah shubuh pada umumnya beliau-beliau melantunkan pujian yang artinya: “Tiada tuhan selain Engkau hai Dzat yang Mahahidup dan terus-menerus mengurus makhluq-Nya. Wahai Dzat Yang memiliki Keagungan dan Kemuliaan, matikan aku dalam keadaan Islam. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku selalu berada dalam kedzaliman.” Jikalau para salafus sholih melantunkan kalimah ini, penulis yakin bahwa hal tersebut adalah satu upaya yang sungguh-sungguh dalam mengetuk pintu kemurahan-Nya, dan bukan sekadar meramaikan suasana atau yang lebih rendah lagi.

Munajat? Poin-poin do’a dan kalimat yang dilafalkan para salafus sholih difahami maknanya, disadari tujuannya serta dimunculkan dengan penghormatan dan pengharapan yang tinggi. Memohon kepada Dzat Yang Maha Pemberi, mengadu kepada Dzat Maha Penolong dan merendah di hadapan Dzat Yang Maha Agung. Maka kemudian para salafus sholih pantas mendapatkan posisi connect secara terus menerus dengan Tuhan semesta alam. Dan bukanlah hal yang berlebih jika kita memberikan penghargaan yang sangat tinggi kepada beliau-beliau.

Bukan hanya kepada salafus sholih. Penulis juga memiliki penghargaan yang tinggi kepada mereka yang begitu dekat dengan salafus sholih. Bukan kedekatan fisik, tetapi kedekatan spiritual. Kedekatan yang menumbuhkan semangat al muhaafadhohalal qodiimis shoolih.

Tentang prinsip almuhaafadzoh kalimat lengkapnya memang berbunyi almuhaafadzohalal qodiimis sholih wal ahdzu biljadiidil ashlah. Menjaga kesalehan para pendahulu, menjaga hal-hal lama yang ( telah terbukti ) kemaslahatannya dan mengambil hal-hal baru yang lebih maslahat.

Penulis lebih sering hanya mengambil bagian depan karena ia merupakan hal yang paling awal dilakukan. Kesalehan dari apa yang telah dijalani para pendahulu telah memenuhi standar baku mutu dan sertifikasi. Perilaku beliau-beliau merupakan cerminan dari Al Qur’an dan As Sunnah. Pengetahuan beliau-beliau diperoleh dengan bimbingan ilahiyah. Menjaga kesalehan para pendahulu haruslah dikerjakan lebih awal untuk menjadi pondasi/dasar bagi langkah menapaki kemajuan.

Sedang al akhdzu biljadidil ashlah penulis pandang sebagai jalanan terjal nan licin. Banyak bahaya dan jebakan menghadang di sini. Tanpa bekal teguh memegang kesalehan para sesepuh langkah mengambil hal baru yang, dianggap, lebih maslahat seringkali berakhir pada munculnya mudlarrat. Yang paling umum mudlarrat dimaksud adalah rendahnya mutu akhlaq dan keberpalingan dari para ulama. Dua hal, rendahnya akhlaq dan berpaling dari ulama, merupakan pertanda besar akan datangnya kehancuran.

Pembahasan ini tidak boleh ngelantur. Maka penulis ingin segera mengakhirinya dengan menyimpulkan beberapa hal.

· Salafus sholih adalah pribadi-pribadi pilihan. Allah yang memilih beliau-beliau untuk menjadi kekasih bagi-Nya. Dipilih karena kecantikan / ketampanan ( keindahan ) yang memancar dari dalam hati beliau-beliau.

· Ulamasalaf adalah panutan. Kompetensi salafus sholih tentang keislaman melebihi ulama kholaf. Apalagi yang bukan ulama’. Apalagi ……………… ( silahkan diteruskan )

· Memposisikan salafus sholih sebagai panutan tentulah harus diikuti langkah riil membakukan perilaku beliau-beliau sebagai standar kompetensi, standar baku membangun moral kesantrian. Langkah ini sekaligus berarti sebagai langkah pelestarian.

Sebagai penutup, kita semua adalah khalifah yang dibebani amanah. Kelak pada saatnya kita akan dimintai pertanggung jawaban. Jika kita percaya akses dan koneksi bermanfaat dalam memudahkan suatu urusan, lalu kepada siapakah akses dan koneksi kita bangun sekarang ini untuk memudahkan urusan kita kelak di hadapan-Nya.

Shalawat yang dibaca setiap tahlil sesungguhnya mengadung peringatan bahwa manusia ada yang masuk golongan mereka yang dzakir (mau mengingat) dan ada pula golongan yang ghofil (hatinya terlena). Dimanakah kita? Allaahummakhsyurnaa ghodan fii zumrotil ashfiyaa’. Amiin.


Santri putri menuju asrama seusai kegiatan pengajian

Samping kiri adalah kediaman Alm. KH. Noer Hisyam Mansyur



Ngaji dengan hp

My Sony Ericsson

Handphone paling bagus yang penulis miliki sekarang adalah Sony Ericsson K310i. Penulis sangat sayang pada handphone tersebut, karena ia satu-satunya handphone yang penulis miliki. Sebelumnya, atas kebaikan Gus Syif, penulis menggunakan Nokia 1100 yang sempat dibawa pergi haji oleh pemiliknya, Gus Syif.

Belakangan, penulis merasa perlu banyak memasukkan nomor teman ke dalam memori handphone. Karenanya, penulis merasa perlu berganti perangkat handphone. Memori Nokia 1100 hanya mampu memuat 50 nomer. Lagi-lagi, atas kebaikan Gus Syif, Nokia 1100 yang merupakan kenang-kenangan bagi beliau harus penulis kembalikan dan penulis dibantu untuk dapat memiliki Sony Ericsson K310i, yang memiliki kapasitas simpan 1000 nomer kontak.

Suka usil, kadang juga jahil dan iseng merupakan salah satu sifat penulis disamping kadang juga muncul suka ingin tahu. Berhari-hari menikmati ( dan utek, suka otak-atik ) Sony Ericsson K310i yang lumayan lebih baik dari Nokia 1100 pikiran penulis terbawa ke dalam satu fakta, dimensi ukuran Sony Ericsson K310i dan Nokia 1100 dapatlah dikatakan tidak berbeda. Tetapi kapasitas penyimpanan nomor kontak pada Sony Ericsson K310i duapuluh kali lebih besar dari Nokia 1100. Bagaimana bisa?

Bagaimana bisa? pertanyaan tentang hal tersebut tak bisa penulis miliki. Penulis tak punya keahlian teknis memadai untuk itu, juga kesempatan lebih luas untuk mempelajari hal-hal teknis tadi. Tetapi penulis malah tertarik hal lain. Wak Modin sering menerangkan bahwa orang-orang yang telah meninggal ada yang dilapangkan kuburnya, atau yang disempitkan.

Saat penulis kanak-kanak, bahkan juga ketika telah punya anak, penjelasan Wak Modin diatas sering menjadi sesuatu yang mengusik di dalam hati. Siapapun yang meninggal, ia akan dikuburkan dalam liang yang ukurannya bisa dikata tidak berbeda. Tetapi tetap saja Wak Modin menjelaskan tentang orang yang diluaskan atau disempitkan kuburnya.

Tentangluasnyakapasitas penyimpanan nomer kontak masing-masing handphone penulis tidak mampu menjelaskannya secara teknis sebagaimana juga penulis tidak punya kemampuan menjelaskan luas dan sempitnya kubur orang yang meninggal. Tetapi penulis menemukan fakta perbedaan luasruang penyimpanandari dua barang yang dimensi fisiknya sama. Handphne Nokia 1100 dan SSony Ericsson K310i.

Tidak perlu pula ngelantur, penulis harus meyakini perbedaanluas” memory masing-masing handphone dimaksud karena demikianlah faktanya. Penulis juga harus yakin dengan sesungguhnya bahwa orang-orang yang meninggal ada yang diluaskan atau disempitkan kuburnya Allah selalu mampu mewujudkan apa yang dikehendaki-Nya. Kedua hal harus penulis yakini tanpa perlu tambahan penjelasan teknis yang njelimet, Tanpa perlu njlimet bertanya karena penulis juga mendapati fakta bahwa tidak pernah ada satupun orang yang mampu menjelaskan secara rinci tentang segala apapun, bahkan yang tampak oleh indera penglihatannya. Fakta yang penulis dapat mempertanggung jawabkan kevalidannya.

Alhamdulillah, kemajuan teknologi mampu mendekatkan logika dengan hal-hal sam’iyat yang kadang diperdebatkan oleh mereka yang menuhankan egonya.

Akhirnya, penulis ingin menutup tulisan ini dengan pengharapan :

· Semoga penerimaan penulis atas penjelasan Wak Modin di atas mampu menjadi mata rantai yang tersambung kepada para Ulama’, para sahabat dan Nabi Agung Muhammad SAW.

· Kelak, ketika kontrak hidup penulis telah berakhir, mudah-mudahan penulis termasuk golongan orang yang mendapatkan kelapangan alam kubur.

· Mudah-mudahan kedua orang tua penulis, juga para guru dan orang-orang yang berjasa dalam mendewasakan penulis diberikan terang dan jalan yang lapang di alam kuburnya. Amiin.


Usai pengajian yang dilaksanakan di musholla.

Asrama putra berdempet disebelah utara musholla



Jumat, 10 April 2009

Manajemen Pribadi

Mohon berkah

Penjelasan utama atas berkah adalah bertambahnya kebaikan. Sesuatu kebaikan yang menghadirkan, membuahkan, menghasilkan kebaikan pula. Bertambahnya kebaikan perlu untuk diminta karena banyak fakta menunjukkan sesuatu yang bernilai baik kadang menghasilkan / mendatangkan keburukan di kemudiannya.

Dalam satu peristiwa, mobil Honda Jazz yang ditumpangi sebuah keluarga terjatuh dari gedung bertingkat dan membunuh semua penumpangnya. Ironinya mobil tersebut baru beberapa bulan dimiliki. Rezeki Allah berupa sebuah mobil menjadi jalan celaka bagi pemiliknya.

Fakta lain yang sering dapat kita temui adalah wanitawanita yang menjadi korban kekerasan, penganiayaan bahkan pembunuhan sadis mayoritasnya adalah wanita-wanita berparas cantik. Kecantikan mereka menjadi pemicu datangnya halhal buruk bagi diri mereka sendiri.

Dalam riwayat kitab-kitab kuning, Qarun adalah orang yang dianugerahi Allah kecerdasan dan pengetahuan. Kecerdasan dan pengetahuan yang dimiliki mengantarkan Qarun kepada kemampuan mengeksplorasi kekayaan di alam. Di akhir riwayat, segala kekayaan yang telah dikumpulkannya lenyap ditelan bumi bersama Qarun sendiri. Paling akhir dari semuanya Qarun harus menghadapi adzab dalam kehidupan abadinya. Kecerdasan dan pengetahuan serta limpahan kekayaan Qarun pada akhirnya mendatangkan keburukan plus kehinaan baginya.

Apa yang bakal terjadi manusia tidak mengetahui. Kesalahan, kekhilafan dan alpa senantiasa dekat dalam kehidupan keseharian. Ujungnya, kesalahankesalahan dimaksud akan menghancurkan diri kita. Kehancuran yang membinasakan semua yang telah terbangun dengan susah payah. Jika ini terjadi, maka segala modal dan jerih payah akan siasia. Bahkan pula kita dapat menghadapi resiko besar yang harus kita tanggung lebih dari yang kita duga.

Dalam genggaman kita selalu ada modal. Kesehatan, kecerdasan, jabatan maupun fasilitas pendukung lainnya. Yakinkah kita dengan pasti akan segala apa yang telah kita miliki pada muaranya membahagiakan kita? Orang yang mukmin pasti menjawabnya dengan tidak.

Lalu, memohon kepada Allah agar senantiasa memberikan berkah atas segala apa yang telah kita miliki adalah tindakan yang dewasa. Berharap agar apa yang kita miliki senantiasa memberikan kebaikan dan kebahagiaan bagi kita. Permohonan doa yang dipanjatkan dengan memenuhi segala hak-haknya? Hak agar do’a dimunculkan dari hati yang tawaddludan pengagungan kepada Dzat Maha Pemberi. Dua hal utama yang seringkali terlupakan oleh kita. Lupa untuk senantiasa menyemayamkannya dalam sanubari serta mewariskannya kepada anakanak kita.

Memohon keberkahan, sebagaimana yang diajarkan Imam Al Ghazaly, saat kita memasukkan tangan kedalam air saat bersiap wudlu, kita memanjatkan doa: Yaa Allah, aku memohon kebajikan dan dan berkah kepadamu. Dan aku berlindung kepadamu atas kejahatan dan kehancuran. ( Keterangan Kitab Bidaayatul Hidaayah )

Atau, dalam rekaat kedua Sholat Shubuh kita tengadahkan tangan dan dengan segala kerendahan kita panjatkan permohonan yang salah satunya berisi: Yaa Allah, berikan berkah atas segala apa yang telah engkau berikan kepadaku.” Dan dalam kesempatan ini masih ditambahkan pula: “Dan dengan rahmat-Mu jauhkan kami dariburuknya ketetapan-Mu”.

Enam ( 6 ) kali memohon keberkahan dalam sehari, itu yang para salafus sholih laksanakan. Bahkan mungkin hal tersebut adalah minimal bagi mereka. Salafus Sholih memang golongan orang yang memiliki kearifan. Kearifan yang akan selalu dihargai oleh mereka memiliki rasa cinta akan kearifan dimaksud.

pp nurul huda besuk beratkulon.

Sebagian santri putri menuju asrama selatan

Tampak bangunan musholla dan asrama yang masih sederhana, namun mudah-mudahan menghasilkan pemikiran dan karya yang maju



Tentang Pendidikan

Barang siapa yang memisahkan diri dari ulamamaka akan matilah hatinya serta ia buta akan ta’at kepada Allah.

Maulid Diba’iy

Para Ulama adalah pribadi yang matang. Dengan warisan ilmu yang beliau dapatkan dari para Nabi alam pemikirannya sangatlah mengagumkan. Saat penulis menerima pelajaran Alfiyah ( Nahwu/Tatabahasa Arab ) banyak sekali contohcontoh penjelas tatabahasa tetapi contoh tersebut sekaligus memiliki muatan ilmu lain, utamanya akhlaq.

Andai hal di atas terjadi dalam pelajaran tata bahasa Indonesia tentu tidaklah mengherankan. Akan tetapi Bahasa Arab yang notabene memiliki aturan lebih rumit di mana didalamnya juga kaidah tentang i’rab ( menentukan cara membaca huruf akhir kalimah ) maka hal tersebut memiliki kesulitan yang tinggi.

Demikian juga dengan Asy Syaikh al Jaliil yang menyusun Maulid Diba’iy. Meski secara sederhana Maulid Diba’iy bisa dipandang sebagai sebuah buku biografi dan kumpulan sholawat, muatan yang terkandung di dalamnya memiliki dimensi pandang, yang jika kita arif, memberikan pedoman kepada kita tentang bagaimana melaksanakan sebuah pembangunan sumberdaya manusia.

Mungkin berlebihan mukaddimah yang penulis paparkan ini. Tetapi tulisan ini membuka diri ( dengan segala hormat ) bagi setiap komentar yang dilalandasi alasan rasional dan bertanggung jawab. Kejernihan berfikir selalu kita perlukan untuk mendapatkan sebuah sintesa yang baik.

Berikut salah sebuah pemikiran yang dapat kita kembangkan dari Maulid Diba’iy.

Tentang pendidikan.

Dalam kisah pembedahan yang dilakukan oleh para malaikat atas diri Muhammad, Syaikh Abdurrahman ad Diba’iy menyatakan : Maka mereka 1)membaringkannya dengan penuh sayang, dan membedah perutnya dengan lembut. Lalu para malaikat 2)mengeluarkan hati pemimpin anak keturunan Adnan, dan 3)melapangkannya dengan pisau ihsan, mereka 4)mengambil dari dalamnya hal-hal yang merupakan bagian dari syaitan, kemudian mereka 5)memenuhinya dengan sifat bijak, ilmu dan ridlo.”

  1. Membaringkan dengan kasih sayang dan membedahnya dengan lembut.

Sejalan dengan berkumandangnya konsep pembelajaran yang PAKEM ( Pembelajaran Aktif, Kreatif dan Menyenangkan ) berkumandang pula rumusan-rumusan tentang bagaimana sebaiknya dan seharusnya melakukan pembelajaran, meski sebenarnya rumusan ini bukan hal asing dalam Islam. Salah satu rumusan tersebut adalah: Jika anda mendidik dengan kasih sayang, anak akan belajar mengenal jati dirinya.

(Baca juga artikel Visi pendidikan pondok Pesantren Nurul Huda )

Beberapa hal detil mendidik dengan kasih sayang yang sering terabaikan dalam realitas antara lain, mendidik adalah dengan memberikan teladan, mengajak dan bukan dengan memerintah; Membangun semangat belajar adalah dengan memuji dan bukan dengan menghardik maupun menghukum:

  1. Mengeluarkan hati.

Hati adalah pusat kecerdasan spiritual. Kecerdasan spiritual merupakan motor kecerdasan lainnya ( emosional dan intelektual ). Wujud riil kecerdasan spiritual adalah rasa cinta.

Kecintaan seseorang akan Rasul menjadi pembimbing manusia unuk mampu mengelola diri ( termasuk emosi ) untuk dapat menjadi pribadi yang stabil dan mampu mengaktualisasikan diri dalam mewujudkan maslahat sebagaimana teladan Sang Panutan. Sedangkan kecintaan terhadap Sang Khaliq mendorong hamba untuk berupaya mengeksplosari ayatayat kebesaran Allah SWT.

Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya menumbuhkan perilaku yang transcendental. Apa yang menjadi tuntutan perilaku transcendental kemudian mendorong pribadi bagi perwujudan manfaat dan maslahat bagi diri sendiri dan orang lain. Kondisi ini kemudian mendorong berkembangnya kecerdasan emosi dan kecerdasan intelektual dalam pribadi seseorang.

Kecerdasan memang bukan diciptakan. Ia hanya ditumbuh kembangkan. Tumbuh kembangnya kecerdasan ini harus didorong dengan memberikan rangsangan sekaligus motivasi untuk mengatasi tantangan.

  1. Melapangkan dengan pisau Ikhsan.

Kurikulum yang baik, tenaga pengelola pendidikan yang memiliki kompetensi serta dukungan dari lingkungan merupakan hal tak terbantahkan yang harus dipenuhi dalam melaksanakan pendidikan berkualitas. Persoalan mendasar yang kemudian harus dihadapi adalah bagaimana menentukan standar baku sebuah kurikulum yang baik.

Sebagai santri, jawaban yang harus diambil dalam hal ini adalah apa yang telah dibakukan para ulama adalah hal yang telah final. Hanya merekalah yang mampu menterjemahkan bagaimana seharusnya manusia mengemban amanah kekhalifahan. Para Ulama harus dipandang pula sangat faham tentang bagaimana mengupayakan kebaikan dunia dan kebaikan akhirat.

Uraian selanjutnya, salah satu dasar utama untuk menentukan tingginya nilai kompetensi

tenaga pendidik adalah sifat ikhlas. Menjadi mukhlis memang bukan hal mudah, tetapi sebagai santri tentu tidak pantas untuk curang dalam hal kebenaran, enggan mengakui kekurangan dan kelemahan pribadinya.

  1. Mengambil bagianbagian dari Syaithan.

Akhlak madzmumah ( tercela ) seharusnya tidak dipandang hanya diwakili oleh wilayah hubungan antar manusia dan dengan batasanbatasan yang amat sempit. Akhlaq sesungguhnya juga mencakup wilayah hubungan antar manusia, hubungan dengan sesama makhluk serta hubungan manusia dengan Sang Pencipta, termasuk di sini adalah hubungan internal dalam diri pribadi.

Akhlaq tercela adalah bagianbagian dari syaitan, sedangkan akhlak terpuji adalah sebaliknya.

Sehubungan dengan dengan hal ini, untuk mempertegas bagaimana seharusnya kompetensi yang harus dimiliki tenaga pengelola pendidikan, sebuah pertanyaan besar muncul untuk menjadi landasan utama. Bagaimana dapat seseorang menanamkan akhlaq terpuji bagi para peserta didik, sedangkan ia sendiri tidak memilikinya?

  1. Memenuhi dengan sifat Bijak, Ilmu dan Ridlo.

Orang berilmu, memiliki sifat bijak serta hati yang dipenuhi rasa ridlo, tidak akan ada yang memungkiri bahwa ia adalah sumberdaya manusia unggul tiada cela. Sumberdaya pelaksana pembangunan yang sesungguhnya. Kapasitas kompetensi yang dimilikinya, kemampuan self control yang ada dalam dirinya serta semangat dalam hidupnya menjadikan mereka mampu menjadi agen pembangunan seutuhnya. Agen yang selalu dibutuhkan untuk mengawal akselerasi pembangunan secara baik, bahkan sempurna. Agen yang akan selalu mengucurkan hujan anugerah bagi masyarakat dan bangsa bahkan di tengah deraan gelombang globalisasi beserta dampak buruknya.

Gambaran yang sangat ideal tentang bagaimana sebuah pendidikan. Sebuah konsep dan pola pendidikan yang tidak akan lekang dimakan zaman Gambaran ideal yang seharusnya menjadi landasan pengelolaan pendidikan utamanya di lingkungan pesantren. Penulis yakin, tidak akan ada penolakan akan gambaran ideal sebagaimana di atas jika kejujuran menjadi landasan pemikiran kita.

Persoalannya adalah, bahwa konsep diatas harus diterjemahkan ke dalam pola yang operasional, yang untuk hal ini dibutuhkan sangat banyak energi. Kebersamaan dan semangat khidmat kepada para pendahulu secara tulus sangat cukup untuk menjadi modal awal membangun system pendidikan berkualitas bagi bangsa ini. Sistem pendidikan yang akan menghasilkan generasi tangguh pembangunan manusia seutuhnya.

Islam bersifat rahmatan lilaalamiin. Islam diturunkan untuk memberikan anugerah bagi alam, termasuk di dalamnya bagaimana seharusnya pendidikan dilaksanakan. Upaya implementasi akan hal ini yang sesungguhnya banyak mengalami kendala dari sisi manusiawi. Maka dari dalam konteks ini kemudian muncul predikat-predikatUlamaa’ulAamiluun, ‘Ulamaa’ulArifuun dan lain sebagainya.

Ulama memang segolongan orang terpilih yang sangat luas pandangannya. Berbeda dengan kita ( termasuk penulis khususnya ) yang sering tidak dapat memahami bahkan kepada ucapan sendiri. Derajat kita memang hanya sebatas golongan awam. Pemikiran para ulama selalu memiliki nilai lebih jika kita mampu menyadarinya. Nilai lebih ada pada kalangan awam yang selalu mengikut kepadaUlama.

Cak Imron.

Tulisan senada dapat dibaca dalam artikel dengan judul Fiqh dan Pendidikan

Pengikut

Mengenai Saya

Mojokerto, Jawa Timur, Indonesia