Rabu, 04 Maret 2009

Visi Pendidikan Pondok Pesantren Nurul Huda Besuk Beratkulon

Moto:

Janganlah engkau merasa rendah dan jangan pula berduka, ( karena ) sesungguhnya engkau adalah orang - orang yang luhur jika engkau adalah orang yang beriman.


Para salafus sholih adalah pribadi-pribadi yang mapan. Apa yang beliau-beliau sampaikan adalah pedoman yang tak lekang oleh zaman. Salah satu pedoman yang diwariskan salafus sholih adalah tuntutan untuk bisa menjaga kesalihan para pendahulu, "almuhaafadhoh alal qodiimis shoolih".

Maka, meski tanpa mencantumkan kata salafi dalam nama, Pondok Pesantren Nurul Huda melaksanakan pendidikan sebagaimana yang para salafus sholih telah lakukan.. Mendidik santri untuk(1)mampu berpengetahuan, (2)rajin dan terampil beramal dengan (3)landasan akhlaq. Tiga hal yang menjadi parameter utama sumber daya manusia untuk mampu mengemban amanah kekhalifahan di muka bumi.

Senada dengan hal di atas, para wali tanah Jawa memprasastikan 3 hal di atas sebagai uborampe upacara menanam ari-ari jabang bayi. Setidaknya prasasti ini dapat penulis jumpai di sebagian besar wilayah Jawa Timur. Uborampe dimaksud adalah menyertakan pensil pendek dan kertas, jarum tangan plus benang serta alas dan penutup ari-ari dari daun waru.
Pensil dan kertas mewakili kemampuan baca dan tulis, jarum benang mewakili ketrampilan, sedangkan daun waru merupakan simbol dari rasa cinta. Prasasti, yang sangat simpel akan tetapi memiliki makna yang luas dan mendalam.

Kemampuan membaca dan menulis haruslah diartikan sebagai kemampuan mendeteks dan mengentrikan data.
Perbedaan nilai dan harga perangkat handphone ( misalnya ) terletak pada fitur ketrampilan perangkat dimaksud. Semakin terampil sebuah perangkat untuk menghasilkan kinerja serta makin banyaknya fitur yang dimilikinya, ia semakin bernilai dan berharga.
Sedangkan rasa cinta, ia adalah hal mutlak yang harus dimiliki setiap manusia agar ia memiliki makna dalam hidup serta mampu aktif mewujudkan kemaslahatan bagi diri sendiri maupun orang sekeliling.

Kepada diri sendiri, kepada keluarga, kepada sesama, kepada hasil karya, kepada Allah Sang Pencipta, haruslah dibangun rasa cinta. rasa cinta yang sangat universal.

Para wali penyebar Islam tanah Jawa, para salafus sholih, adalah pribadi - pribadi yang matang dan mapan. Pribadi yang mampu memandang kehidupan secara utuh dan menjabarkan pedomannya secara asasi dan mendasar, sehingga pedoman tersebut selalu sesuai dengan berputarnya waktu. Dulu, kini dan masa mendatang. Pedoman yang juga memberikan jaminan kebahagiaan kehidupan di dunia maupun kelak di akhirat.

Adalah fakta, negara - negara yang maju dalam hal pendidikan semisal Inggris dan Australia, beberapa tahun yang lalu, peneliti - peneliti mereka datang dan mempelajari pola pendidikan pondok pesantren salafi. Hasil penelitian ini kemudian mereka kembang terapkan. Dan mereka berhasil. Yang menjadi sebuah ironi adalah kita menganggap apa yang mereka terapkan dalam mendesain pendidikan adalah trade mark mereka dan kita ( baca, bangsa Indonesia ) adalah pengikut. Padahal yang terjadi sebenarnya, mereka belajar dari apa yang para salafus sholih dahulu telah terapkan dalam pola pendidikan pesantren.

Sangat disayangkan, kita bersama tidak pandai untuk menjaga warisan para leluhur serta melestarikannya.

Pondok Pesantren Nurul Huda Beratkulon meneguhkan cita - cita untuk dapat mewarisi kearifan para pendahulu dan melestarikannya. Al-Muhaafadhoh 'alal Qodiimis Shoolih. Semoga 'inayah dan taufiq Allah selelu menyertai setiap gerak dan langkah mulia ini. Amin.

Cak Imron.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

b

Pengikut

Mengenai Saya

Mojokerto, Jawa Timur, Indonesia